share”>
Tripoli -
Seorang pemimpin pemberontak Libya yang terkepung di Kota Misrata memohon mati-matian agar Inggris dan Prancis mengirimkan pasukannya untuk memerangi pasukan Muammar Khadafi. “Jika tidak, kami akan mati,” katanya.
Seperti dilansir dari AFP, Rabu (20/4/2011), dalam permintaan pertama oleh para pemberontak, seorang anggota senior dewan pemerintahan Misarta, Nuri Abdullah Abdullati, mengatakan, mereka meminta pasukan atas dasar prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sebelumnya, kepada wartawan dia mengatakan, “Kami pernah tidak menerima tentara asing di negara kita, tapi sekarang, saat kita menghadapi kejahatan Kadhafi ini, kami meminta atas dasar kemanusiaan dan prinsip-prinsip Islam agar seseorang datang dan menghentikan pembunuhan.”
“Sebelumnya kita meminta untuk tidak ada campur tangan asing, tapi itu sebelum Kadhafi menggunakan roket Grad dan pesawat. Sekarang situasinya adalah hidup atau mati.”
Permohonan ini datang setelah Khadafi dan pasukan pemberontak terlibat dalam pertempuran sengit di Tenggara Misrata. Keriuhan akan berhenti sebentar ketika pesawat NATO terdengar di atas kepala, namun keriuhan segera kembali setelah pesawat itu pergi.
Pemberontak di Misrata, yang telah dikepung selama lebih dari sebulan dan melihat ratusan orang dibunuh, tidak memiliki kontak langsung dengan pasukan koalisi. Abdullati mengatakan, permintaan itu dikirim pekan lalu ke pemberontak, Dewan Nasional Transisi (TNC) di Benghazi, tetapi belum pernah ada jawaban.
Sebelumnya pada hari Selasa, Menteri Luar Negeri Prancis Alain Juppe mengatakan dia sepenuhnya tidak setuju untuk mengirim pasukan ke Libya, bahkan pasukan khusus untuk memandu dalam serangan udara sekalipun.
Menteri Luar Negeri Inggris William Den Haag mengatakan London akan mengirim petugas militer ke Libya timur yang dikuasai pemberontak. Tetapi mereka tidak akan terlibat dalam pelatihan atau mempersenjatai para pemberontak, atau membantu dalam perencanaan operasi.
(lrn/did)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
No comments:
Post a Comment