Recent Posts

Saturday, June 16, 2012

Max Havelaar Bacaan Wajib Siswa di Belgia

share”>

placeholder


Foto: KBRI Brussel

Leuven -
Buku Max Havelaar karangan Eduard Douwes Dekker, penulis Belanda yang juga populer dengan nama pena Multatuli, menjadi bacaan wajib bagi siswa di Belgia.

Hal itu disampaikan oleh Rektor Katholieke Universiteit Leuven Prof. Mark Waer ketika menerima kunjungan Dubes RI di Brussel Arif Havas Oegroseno di Leuven, Belgia, awal April ini.

Kunjungan tersebut dalam rangka peningkatan hubungan di bidang pendidikan dan menghadiri Multatuli Lecture, demikian siaran pers KBRI Brussel yang diterima detikcom, Selasa malam atau Rabu (20/4/2011) WIB.

Menurut Prof. Waer, Max Havelaar dipandang sebagai kritik terhadap praktik-praktik kolonialisme Eropa pada masa itu. Buku ini menceritakan tentang kesewenang-wenangan Belanda ketika menjajah Indonesia.

“Semangat yang terkandung dalam Max Havelaar menjadi cikal bakal tumbuhnya semangat anti-kolonialisme di Eropa khususnya di Belgia,” ujar Prof. Waer.

Buku karangan Edward Douwes Dekker, yang juga seorang ambtenaar di Hindia Belanda (Indonesia), kini menjadi bagian penting dari literatur di Belgia.

Dijelaskan oleh Prof. Waer bahwa Universitas Leuven telah menggagas Multatuli Lecture sejak 1997 sebagai suatu kuliah umum tentang isu-isu multikulturalisme dan pluralisme.

Tujuan penyelenggaraan Multatuli Lecture di universitas yang didirikan pada tahun 1425 itu adalah untuk membicarakan berbagai pertanyaan terkait multikulturalisme dan demokratisasi di Eropa.

Kerjasama

Pada kesempatan itu Dubes Oegroseno menyampaikan bahwa Indonesia dan Belgia memiliki keterkaitan sejarah, dalam hal ini mengingat Douwes Dekker harus melakukan sebagian penulisan Max Havelaar di Belgia karena situasi tidak kondusif.

Pertemuan dengan jajaran pimpinan Univesitas Leuven merupakan bagian dari ‘Safari Akademis’ yang diprogramkan oleh Dubes Oegroseno dalam rangka meningkatkan kerjasama pendidikan antara Indonesia dan Belgia.

Dubes memandang bahwa Belgia memiliki keunggulan komparatif di bidang pendidikan dibanding negara lain.

“Biaya pendidikan untuk universitas di Belgia paling murah di Eropa,” ujar Dubes Oegroseno.

Tuition fee untuk program sarjana di universitas publik di Belgia, utamanya yang terletak di wilayah Vlaanderen berkisar antara EUR500 hingga EUR600 per tahun, sementara untuk program master berkisar EUR800 hingga EUR1.000 per tahun.

“Kualitas universitas dan program yang ditawarkan di Belgia juga sangat tinggi, terbukti dari beberapa universitas di Belgia menduduki peringkat tinggi di Eropa,” tegas Dubes.

Atas dasar itu, Dubes berpandangan bahwa sudah saatnya Belgia menjadi tujuan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.

Selama berada di Universitas Leuven, Dubes berkesempatan memberikan kuliah umum di Fakultas Hukum mengenai Indonesia dan sistem jaringan pengaman sosial dalam rangka perlindungan warga miskin.

Kuliah ini antara lain dihadiri oleh Ketua Parlemen Belgia, yang juga salah satu profesor di Fakultas Hukum Universitas Leuven, Danny Pieters. Menutup kuliah Dubes Oegroseno menyerahkan Atlas Nasional Indonesia kepada Pieters.

Sebelumnya Dubes Oegroseno juga telah mengadakan pertemuan dengan para rektor dari berbagai universitas di Belgia pada berbagai kesempatan terpisah.

Beberapa pertemuan tersebut menghasilkan kata sepakat untuk peningkatan kerjasama pendidikan antara kedua pihak di berbagai bidang, seperti kemaritiman, pengembangan akuakultur, dan teaching hospitals.

(es/es)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Sumber:http://feedproxy.google.com/~r/detik/BPZW/~3/c_xYSybsSLs/max-havelaar-bacaan-wajib-siswa-di-belgia

No comments:

Post a Comment