Recent Posts

Monday, March 19, 2012

Resto Prancis Tanpa Chef Prancis

Your browser does not support iframes.


leespalierctt

Foto: Bondan Winarno

Boston

Shirley Muhidin (@mudina) seorang follower di Twitter menyarankan agar saya mencoba L’Espalier bila berkunjung ke Boston. Karena saya memang belum pernah berkunjung ke sana, maka saya pun melangkah ke sana. Kebetulan pula, tempatnya hanya lima menit berjalan kaki dari hotel tempat menginap.

Pemiliknya, Frank McClelland – yang juga seorang chef kondang – menyambut para tamu di pintu depan, lalu mengantar ke dalam dan menyerahkan tamu kepada usherette yang mengantarkan ke tempat duduk. Chef Frank memang tidak lagi memasak, karena di dapur sudah ada James Hackney sebagai Chef de Cuisine.

Pastry Chef-nya seorang keturunan Tionghoa, Jiho Kim. Hmm, kok tidak ada chef yang asli Prancis, ya? Tampaknya ini mengikuti tradisi Chef Thomas Keller yang telah membuat The French Laundry di Napa Valey menjadi restoran masakan Prancis paling unggul di Amerika Serikat. Dalam kunjungan saya ke The French Laundry dulu, bahkan saya melihat banyak koki dari Asia di sana. Chef de Cuisine-nya pun orang Jepang.

L’Espalier ditata dengan interior yang minimalis, tetapi terasa anggun dan mewah. Yang jelas, saya sungguh merasa under dressed ketika melangkah menuju ke meja saya dengan busana gaya turis. Semua tamu pria memakai jas, dan tamu perempuan mengenakan gaun malam. Untungnya, ada juga beberapa turis Jepang yang berbusana seperti saya – lengkap dengan tas-tas belanjaannya.

Hanya ada dua jenis menu di L’Espalier: degustation dan prix fixe. Untuk degustation, dengan US$ 105 kita akan mendapat lima macam sajian. Wine pairing-nya seharga US$ 65 (empat jenis wine).

The ultimate menu di L’Espalier adalah “Chef McClelland’s Tasting Menu”. Harganya US$ 185, plus US$ 130 untuk wine pairing. Menurut waiter, berapa jumlah sajiannya pun tidak pernah sama. Antara 12-16 sajian. Di menu tertulis: a progressive tasting of the best seasonal ingredients, including organic meats and local produce, lobster, foie gras, caviar, and truffles. Hmmm, yummmm!

Karena makan sendirian, terpaksa saya memilih prix fixe – yaitu harga tetap untuk satu set: appetizer, main course, dessert.

Sommelier (wine buttler)-nya, Kate Moore, hilir-mudik menghampiri tamu untuk menjelaskan wine yang dituang. Ah, sayangnya saya baru saja menyapih perut setelah detox, sehingga belum bisa memesan wine.

Seperti kebiasaan di resto-resto fine dining seperti ini, sambil menunggu pesanan, selalu dihidangkan appetizers kecil dari chef. Waiter juga datang membawa keranjang besar berisi berbagai jenis roti untuk dipilih tamu. Saya memilih focaccia. Sayangnya, focaccia-nya tidak dihangatkan. Dan karena ini resto Prancis, maka roti disajikan dengan mentega, bukan minyak zaitun dan cuka balsamik.

Sajian pertama yang datang adalah Salad Nicoise – alias: selada dari Nice. Saya terkejut melihat plating-nya (cara menata di piring) yang sungguh sangat unik. Sungguh berbeda dengan Salad Nicoise klasik. Di sini, sayurannya sangat sedikit. Ditata setengah lingkaran di bagian atas piring. Ada ikan sardin segar yang diambil dagingnya, lalu digulung dan digoreng. Bagian tulang (duri) hingga ekornya digoreng garing supaya dapat dikremus tanpa kesulitan. Yang sulit adalah membuat telur ayam setengah matang yang masih utuh bentuknya, tapi dikupas dari kulitnya, dengan bagian atas dipotong sedikit. Saus bawang putihnya disiram di dasar piring.

Main course saya, assiette of Vermont rabbit and asparagus – charred with Cerignola olives – spring dug parsnip puree, Chartreuse jus, pun tampil luar biasa. Garnish utamanya justru bagian ginjal kelinci, dengan sosis kelinci dan beberapa iris daging kelinci yang tampak plump. Pisau saya terasa “tergelincir” ketika mengiris daging kelinci itu – seperti tak berurat sama sekali. Rasanya pun tiada tara. Lembut amat sangat. Mak nyuss!

Di pintu keluar, para tamu diberi oleh-oleh berupa bingkisan kecil berisi macaroon khas Prancis. A great dining experience!

L’Espalier
774 Boylston Street
Boston
617 2623023
www.lespalier.com

(dev/Odi)

Sumber:http://food.detik.com/read/2011/04/08/101053/1611563/933/resto-prancis-tanpa-chef-prancis

No comments:

Post a Comment