Recent Posts

Saturday, April 14, 2012

Banyak Cara Berantas Ulat Bulu, Pestisida Langkah Terakhir

share”>

ulat bulu


Jakarta -
Ulat bulu dalam jumlah besar muncul di sejumlah daerah di Pulau Jawa dan Bali. Warga pun resah karenanya. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya digunakan cara-cara alami dan manual. Pestisida menjadi langkah terakhir mengatasi ulat bulu.

“Cara-cara manual lebih baik. Penyemprotan pestisida sebaiknya jadi langkah terakhir. Karena sayang kalau kebanyakan disemprot pestisida, nanti ada predator dan parasit yang ikut mati,” kata guru besar Ilmu Hama Tanaman IPB, Prof Aunu Rauf, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (13/4/2011).

Dia menyarankan, jika ulat tidak terlalu banyak, maka sebaiknya ulatnya dikumpulkan lalu dikubur di dalam tanah. Selain itu apabila ulat sudah berubah menjadi kupu-kupu malam atau ngengat, maka bisa digunakan pemasangan lampu ultraviolet atau lampu biasa untuk memancing binatang tersebut.

Umumnya, ngengat tertarik dengan cahaya lampu. Karena itu, di bawah lampu dipasang ember atau baskom berisi air sabun atau minyak. Sehingga jika ngengat itu jatuh ke ember atau baskom langsung mati. Penggunaan lampu ini merupakan pencegahan si ngengat menelurkan ratusan telur yang akan berubah menjadi larva (ulat).

“Saya juga menyarankan dengan mengumpulkan kepompong. Kepompong dikumpulkan lalu dimasukkan ke botol bekas air mineral. Kalau sehat maka dia akan berubah menjadi ngengat, tapi kalau terparasit keluar seperti lebah. Kalau ngengat ya dimusnahkan, tapi kalau semacam lebah dilepaskan,” terang Rauf.

Serangga semacam lebah itu ditengarai mengandung parasit sehingga berpotensi merusak telur maupun mengganggu pertumbuhan larva dari ngengat. Ulat bulu sebenarnya memiliki musuh alam yang dikenalsebagai predator.

Predator ulat bulu bukan hanya burung pemakan ulat, tetapi juga ada serangga-serangga lain. Misalnya saja laba-laba pemakan ngengat, atau serangga kepik yang mengisap ulat.

“Kepik ini mulutnya seperti jarum yang ditusuk ke ulat. Ada pula parasit yang hidup di telur atau pun di ulat. Ini dari seperti lebah yang menaruh telur di tubuh ulat, lalu ketika telur parasit menetas, dia akan menggerogoti si ulat,” jelas Rauf.

Perlukah menebang dan membakar pohon yang penuh ulat? “Kalau bisa pakai cara manual, saya kira pakai yang manual saja. Tapi kalau dibakar kasihan juga pohonnya nanti habis. Bisa juga dilakukan dengan cara pengendalian dengan menggunakan insektisida yang aman bagi kesehatan dan lingkungan.”

“Insektisida ini bahan aktifnya bakteri basilus. Insektisida disemprotkan di permukaan daun, lalu termakan ulat dan menghasilkan toksin. Ini hanya matikan ulat dan tidak mematikan serangga lain. Penyemprotan dilakukan saat ulat masih kecil, saat masih banyak-banyaknya makan,” tutur Rauf.

Dr Ir Toto Himawan SU dari Tim Hama Penyakit Tanaman (HPT) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang meneliti wabah ulat bulu di Probolinggo juga sependapat penggunaan pestisida dilakukan sebagai langkah terakhir.

“Kalau bisa jangan menggunakan pestisida, menggunakan musuh alami dan agen hayati. Lebih dari 50 persen (larva/pupa) mati terserang patogen, penyakit pada serangga, itu dimanfaatkan,” jelas Toto pada detikcom.

Menurutnya, masyarakat dalam menghadapi ulat bulu bisa melepaskan musuh alami seperti semut rangrang dan burung. “Bisa diawali lepas koloni semut rangrang, taruh di pohon, jangan diganggu supaya berkembang. Kalau burung, seperti burung prenjak itu. Lampu juga signifikan agar ngengat tertarik dan kemudian dimatikan,” jelas Toto.

Selain itu, bisa dengan menggunakan agen hayati seperti patogen atau penyakit yang menyerang telur, pupa dan ulat. Seperti cendawan jenis paecilomyces, virus jenis baculovirus dan bakteri bacillus. 

“Menumbuhkan patogen itu bisa di laboratorium. Tapi bisa mengumpulkan pupa yang terserang jamur, penampakannya kepompong yang seperti terbungkus kapas. Itu baunya luar biasa. Itu dikumpulkan, digerus, dicampur air, kemudian disemprotkan lagi pada daun-daun itu, mumpung ulatnya baru netas, masih kecil,” papar Toto.

Kalau ulat bulunya sudah terlanjur banyak dan besar, maka bisa dikumpulkan, dibakar atau dibenamkan ke dalam tanah.

Pestisida, imbuhnya, adalah cara terakhir menangani wabah ulat bulu. Karena dikhawatirkan dengan pestisida, maka status ulat bulu yang tadinya menjadi hama potensial, bisa menjadi hama utama.

“Kalau memang tidak ada cara yang lain ya memakai pestisida. Kalau ledakan populasi begitu banyak ya memakai pestisida,” kata Toto.

(vit/nrl)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Sumber:http://feedproxy.google.com/~r/detik/BPZW/~3/RwOgXg6LUno/banyak-cara-berantas-ulat-bulu-pestisida-langkah-terakhir

No comments:

Post a Comment