Recent Posts

Thursday, May 10, 2012

Kisah Zhang Mengobati Kanker Serviks di Modern Hospital Cancer Guangzhou

share”>

placeholder


(Ibu Zhang & suami)

Jakarta, Sai-Juan Zhang adalah perempuan 56 tahun yang baru saja keluar dari pintu kematian dengan lolos dari si pembunuh wanita yang paling mematikan yakni kanker rahim.

Zhang adalah sosok perempuan yang menjalani hidupnya dengan sederhana dan penuh kebahagiaan. Terlebih ia suka dengan berdendang karena dikaruniai suara yang merdu.

Tapi serangan kanker rahim (serviks) membuat hidupnya berubah dan nyaris tak terdengar lagi suara indahnya menyanyikan lagu kegemaran dari penyanyi Teresa Teng.

Untunglah, lika-likunya melawan kanker ganas akhirnya membuahkan hasil dengan bantuan Modern Hospital Cancer Guangzhou.

Setelah mendapat bantuan pengobatan dari Modern Hospital Guangzhou, melalui sumbangan dari organisasi peduli kesehatan sebesar 30 ribu yuan, kini Zhang bisa sembuh dan bernyanyi lagi.

Kista yang berubah jadi kanker ganas

Zhang terlahir dengan suara yang indah, boleh dibilang hampir sebanding dengan penyanyi-penyanyi terkenal. Biasanya sepulang kerja, hal pertama yang ia lakukan adalah mendengarkan DVD Teresa Teng. Dan demi mencukupi kebutuhan hidup, malam harinya dia menjahit pakaian, ditemani suara pijakan mesin jahit dan lagu kesayangan ‘Tian Mimi’ yang setia mengiring kerjanya.

Kebahagiaan dalam hidup sederhananya nyaris terenggut tatkala Zhang dinyatakan menderita kanker rahim.

Awalnya, 2 tahun lalu, Zhang menderita penyakit kista dan telah dilakukan operasi di Indonesia. Namun setelah dilakukan pemeriksaan ulang, dokter kembali menemukan masalah baru yaitu kanker rahim.

Bagaikan dihantam langit, hidupnya kehilangan gairah, tidak ada lagi lagu bahagia. “Bahkan untuk bernapas saja sulit,” ungkap Zhang.

Sel-sel kanker telah berkembang, menyebar ke bagian perutnya hingga perlu dilakukan radioterapi, kemoterapi dengan setumpuk biaya pengobatan yang membuatnya tercengang.

“Perut sangat tidak nyaman seperti gejolak air di pantai, tiap sesuap nasi langsung muntah, setelah muntah makan lagi,” katanya.

Dia berusaha memaksakan diri untuk makan sebisanya, karena jika tidak makan ia tidak bertenaga sehingga sangat sulit untuk meneruskan pengobatan kemoterapi dan radioterapi.

Zhang menyebut pengobatan radioterapi dan kemoterapi sebagai pengalaman buruk. Kala itu ia  menggambarkan hari-harinya seperti hidup segan mati tak mau.

Akhirnya bantuan datang dari negeri seberang

Setelah melalui banyak penderitaan dan pengobatan ternyata kondisi Zhang masih belum membaik. Kenyataannya bagian panggul belakang dan kaki kanan Zhang semakin hari semakin memburuk. Ia pun merasakan tubuhnya benar-benar tidak nyaman. Dokter mengungkapakan bahwa tubuhnya sudah tidak sensitif lagi terhadap obat radioterapi dan kemoterapi.

Hatinya sungguh sedih. Sudah menghabiskan uang begitu banyak, menerima penderitaan efek samping pengobatan tetapi tidak juga kunjung sembuh.

Kemudian, dia menemui seorang pasien kanker yang telah sembuh setelah berobat di RS Kanker Modern Hospital Guangzhou. Ia lalu segera menghubungi pusat konsultasi RS Kanker Modern Hospital Guangzhou di Jakarta, dan mengungkapkan keinginan dan harapannya untuk mendapatkan pengobatan dari RS Kanker Modern Hospital Guangzhou.

Namun karena pengobatan selama di Indonesia telah menghabiskan banyak uang, sebagai keluarga sederhana Zhang tidak dapat memenuhi biaya pengobatan sampai ke China. Dia paling banyak hanya bisa mengeluarkan uang sebesar 40 ribu yuan untuk pengobatan, karena itu ia terus menahan-nahan keputusan untuk berobat.

Meski belum memiliki uang cukup. dia berkali-kali datang ke pusat konsultasi RS Kanker Modern Hospital Guangzhou, sehingga membuat para karyawan terharu. Akhirnya RS Kanker Modern Hospital Guangzhou melalui organisasi anti-kanker menyetujui untuk memberikan bantuan kepadanya dengan menyumbang dana pengobatan sebesar 30.000RMB (sekitar Rp 40juta).

Lagu Teresa Teng Pengobat Rasa Sakit Zhang

Pada pertengahan Januari 2011, Zhang akhirnya tiba di RS Kanker Modern Guangzhou. Dari hasil pemeriksaan CT dinyatakan kanker rahim, menyebar ke retroperitoneal dan dibagian bawah perut sekitar 6 cm x 6 cm. Pada bagian kedua sisi otot pinggangnya, disebelah kanan pelvis dan diatas saluran kencingnya terdapat benjolan berupa pengumpalan air dan terdapat pula pembengkakan pada kelenjar getah bening sebelah kiri sekitar 1.0 x 2.0 Cm.

Saat tiba di rumah sakit, bagian panggul dan kaki sebelah kanannya sangat sakit sehingga sulit berjalan. Bagian perutnya juga terasa perih saat ditekan, dan ia sering mengalami gejala demam hingga hanya dapat berbaring di tempat tidur.

Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap para dokter tim ahli RS Kanker Modern Hospital Guangzhou pun segera merancang konsep pengobatan yang akan dilakukan berupa pengobatan minimal invasif lokal kemoterapi + penanaman partikel 125I + pengobatan herbal moderen.

Kebanyakan pasien dari Indonesia belum pernah mendengar menggenai partikel 125 I, sehingga membuat mereka bertanya bagaimana cara memasukan kedalam tubuh? Apakah seperti peluru dan amankah?

Dokter menjelaskan dengan sabar bahwa partikel 125I berukuran lebih kecil dari sebutir beras yang akan terus menerus memancarkan sinar untuk membunuh sel-sel kanker di dalam tumor. Cara ini hampir memiliki hasil keefektifannya sama dengan operasi pembedahan, sehingga lebih dikenal dengan sebutan ‘Pisau Radiopartikel’.

Penanaman partikel 125I ini memiliki komplikasi yang rendah, efek samping minim dan tidak menyebabkan kerusakan pada  fungsi organ-organ tubuh lain, sehingga sebagian besar pasien yang diimplantasi biji partikel ini tidak merasakan apapun.

Akhirnya pasien Zhang dengan tenang menerima pengobatan. Awalnya pengobatan minimal invasif dilakukan dengan menanamkan partikel dikedua sisi pinggangnya dengan total partikel sebanyak 90 buah partikel. Setelah tindakan ini, kondisi pasien perlahan membaik, demam menghilang, tubuhnya juga tidak merasakan sakit lagi, tingkat kualitas kehidupannya mencapai nilai 86.

Dari dalam kamar rumah sakit, Zhang pun bisa kembali mengumandangkan lagu milik Teresa Teng dengan suara indahnya. Dia bersedia berpartisipasi dalam acara kebersamaan antar dokter pasien di RS Kanker Modern Guangzhou untuk bersama membantu para pasien lain.

Beberapa pasien yang ditolongnya kembali mendapatkan kepercayaan diri, sehingga banyak memanggilnya dengan sebutan ‘Painkillers’. Sambil tersenyum Zhang berujar bahwa lagu Teresa Teng adalah obat anti rasa sakitnya dan RS Kanker Modern Hospital Guangzhou adalah tangan yang dikirim Tuhan untuk membantunya. “Sungguh saya sangat berterima kasih sekali kepada RS Kanker Modern Hospital Guangzhou,” ujar Zhang.

* Rumah sakit Modern Hospital Cancer, Guangzhou yang merupakan rumah sakit swasta yang telah diakui Departement Kesehatan Pemerintah China, dibawah naungan yayasan group ‘Bo Ai’.

Pusat konsultasi cabang di Jakarta ada RS Awal Bros, Jln MH Thamrin No.3 – Kebon Nanas Cikokol Tangerang, Phone: 021-99933380 , 021-92088881, 0818197758 atau cabang Surabaya di Wisma Trisensa, Jl. Ambengan 1 A, Phone: 031-71399999, 08523
(ir/ir)

1x1



Sumber:http://health.detik.com/read/2011/04/18/112712/1619562/763/kisah-zhang-mengobati-kanker-serviks-di-modern-hospital-cancer-guangzhou

No comments:

Post a Comment