share”>
Bandung -
Keberhasilan penderita azoospermia agar spermanya bisa digunakan dalam proses bayi tabung hanya 10 persen. Azoospermia sendiri merupakan kondisi medis di mana pria tidak memiliki sperma pada cairan ejakulasinya.
Azoospermia sendiri terbagi dua yakni, azoospermia non obstruksi (kelainan hormon atau testis) dan azoospermia obstruksi (sumbatan pada saluran atau gangguan ejakulasi).
“Angka keberhasilan bayi tabung pada penderita azoospermia kurang lebih 10 persen. Bahkan tingkat keberhasilannya bisa lebih rendah lagi jika yang bersangkutan menderita azoospermia non obstruksi,” jelas dr Susan Melinda, salah seorang dari tim Melinda Fertility Center.
Hal itu dikemukakan Susan dalam konferensi pers di Melinda Hospital, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Jumat (1/4/2011).
Pada penderita azoospermia non obstruksi, pria bisa mengeluarkan cairan ejakulasi tapi cairannya tidak mengandung sperma. Sebab saat ejakulasi, sperma tidak bisa keluar karena ada kegagalan dalam proses perjalanannya keluar bersama cairan ejakulasi.
Sementara dalam kasus azoospermia obstruksi, sperma tersumbat dalam perjalanannya keluar bersama cairan ejakulasi. Namun yang jelas, penderita azoospermia akan sulit mendapat keturunan.
Salah satu cara untuk mendapatkan keturunan adalah melalui metode bayi tabung. Namun, keberhasilannya juga tergantung dari kualitas sperma yang diambil langsung dari testis dan kondisi pasangannya.
Menurut dr Aaron Tigor Sihombing, dokter urologi Melinda Hospital, penderita azoospermia tidak terlihat secara fisik. Mereka yang menderita azoospermia terlihat sama seperti pria kebanyakan.
“Secara fisik tidak ada perbedaan. Penderita azoospermia akan ketahuan jika dilakukan melalui pemeriksaan analisa sperma,” jelas Tigor di tempat yang sama.
Tigor menambahkan, penderita azoospermia hanya 1 persen dari populasi pria. Penyebabnya ialah kelainan genetik.
(ors/bbn)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!
No comments:
Post a Comment