Recent Posts

Monday, February 20, 2012

Kampung yang Bergumul dengan Sampah

Your browser does not support iframes.

keputih2 dalam


Foto: Helmi

Surabaya -
Mendung menyelimuti kawasan RT 2 RW 8 Kelurahan Keputih, Sukolilo, Surabaya. Sejumlah anak-anak asyik bermain bekel sambil bercanda. Tak terlihat raut sedih di wajah mereka, bau sampah juga menyengat di kawasan ini.

Di kawasan ujung timur Surabaya ini, warga pendatang itu memang sudah terbiasa dengan sampah-sampah dan barang-barang rongsokan. Karena dari sampah tersebut mereka menyambung hidupnya. Di tempat itu, dulunya adalah penampungan akhir sampah se Surabaya. Namun kini telah dipindah ke Benowo.

Warga yang sudah akrab dengan lingkungan kumuh ini, salah satunya Mila (25). Ia sudah lima belas tahun bergelut di bisnis ‘jorok’ ini. Namun dibalik kumuhnya lingkungannya, ia bisa memetik rezeki dari situ.

Wanita yang hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SD ini menyatakan, hanya ada sekitar seratus kepala keluarga yang tinggal di kawasan itu.

“Dulu waktu saya kecil, masih belum sepadat ini mas”, ujar Mila yang berprofesi sebagai pengepul sampah ini dalam bincang-bincangnya dengan detiksurabaya.com, Sabtu pagi (2/4/2011).

Menurut pengakuan wanita asal madura ini, para pendatang yang berbaur di kawasan
keputih ini, antara lain dari daerah Probolinggo, Jember, Malang dan Madura.

Bahkan ada pula yang berasal dari Jawa tengah. Banyaknya warga pendatang tersebut, tidak lain karena mereka tertarik juga untuk bergelut di bisnis pengepulan sampah.

Selain menjadi pengepul sampah, ia juga membuka toko prancangan serta menyewakan
kamar untuk kos-kosan. Ia memiliki 6 kamar yang disewakan.

“Untuk setiap kamar harganya seratus ribu mas, kalau tambah TV tambah tiga puluh
ribu”, terangnya.

Banyaknya warga pendatang tersebut merupakan peluang bagi para warga yang tinggal
lebih dulu menyewakan kamar kos. Sistem pembayarannya bervariasi, ada yang
membayar secara langsung, ada juga yang dipotong dari hasil timbangan sampah mereka.

Meski peredaran rupiah di tempat tersebut cukup besar, namun tetap saja kondisi
lingkunganya cukup menyedihkan. Tempat cuci pakaian, cuci piring, memasak, berada
di satu tempat.

“Yah mau gimana lagi, adanya seperti ini ya disyukuri saja mas”, tambah seorang pria yang mengaku berasal dari Malang.

Warga pendatang itu untuk keperluan mandi, mencuci maupun memasak harus membeli
air bersih. Sebab sumur-sumur yang ada, airnya keruh dan berasa asin. “Mending
tuku mas, timbangane awakku gatel-gatet. (lebih  baik beli mas, daripada badan
saya gatal-gatal),” ujar salah seorang warga sambil mendorong gerobak air.

(gik/gik)



Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

Baca Juga:

    1x1


    bannerpromo allproperty bukukuning 280x125

    Sumber:http://surabaya.detik.com/read/2011/04/02/095714/1607058/466/kampung-yang-bergumul-dengan-sampah

    No comments:

    Post a Comment